Gandung Ismanto : Pemprov Banten Lambat Merespon Isu SMAN Cirinten

Gandung Ismanto : Pemprov Banten Lambat Merespon Isu SMAN Cirinten

Serang – Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Gandung Ismanto mengapresiasi respon cepat dan kepedulian Persatuan Istri Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (PIISEI) yang diketuai oleh Dina Widiawati yang merupakan Istri dari Wimboh Santoso Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap kondisi SMAN Cirinten yang memprihatinkan, patut diacungi jempol sebagai wujud dari partisipasi publik dalam pembangunan daerah.

Partisipasi ini juga merupakan manifestasi bekerjanya paradigma governance yang pilarnya telah berkembang luas tidak hanya triple helix namun quintuple helix. PIISEI merupakan salah satu pilarnya, meski sayangnya di tingkat lokal pilar seperti ini belum banyak berkembang dan berdaya. Kata Gandung kepada kp3b.com melalui sambungan WhatsApp. Senin (14/10/2019).

Baca : Prihatin Dengan Kondisi SMAN Cirinten, PIISEI Renovasi Gedung, Sumbang Mebeler, Komputer Dan Fasilitas Alat Olahraga

Menurut Gandung respon cepat ini juga harus dimaknai sebagai tamparan keras bagi Pemerintah Provinsi Banten yang dinilai lambat dalam merespon dan menyelesaikan masalah pembangunan SMA Cirinten yang telah mengemuka 3 tahun terakhir. Sense of crisis yang rendah Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Banten juga patut disayangkan, karena kurang sigap dan solutif dalam merespon isu, serta dengan tingkat urgensi yang tinggi. Akibatnya tamparan ini jelas mencoreng wajah Pemprov Banten, apalagi pada urusan pendidikan yang merupakan salah satu urusan wajib yang terkait pelayanan dasar.

Dr. Gandung Ismanto Akademisi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Urusan pendidikan bahkan menjadi salah satu urusan yang kinerjanya banyak disorot oleh masyarakat, mulai dari seleksi kepala sekolah, pembebasan lahan, pembangunan RKB dan USB, dan terutama PPDB. Saatnya Pemprov Banten sgera mengevaluasi kinerja urusan pendidikan ini agar pelayanan dasar yang dibutuhkan masyarakat dapat dipenuhi dengan baik. Ujar Gandung.

Seperti diketahui bahwa SMAN Cirinten yang merupakan Pilial SMAN 1 Leuwidamar, 3 ruangan yang digunakan pun bukan milik sendiri. Ruangan ini meminjam dari SMPN 2 Cirinten. Siswa kelas 10, 11 dan 12 di sekolah ini harus belajar di lantai dengan hanya beralaskan sebuah karpet dengan ruangan yang sempit, bahkan bocor ketika hujan. Sedangkan meja yang digunakan merupakan hasil inisiatif siswa dan guru yang membuat meja kecil ala kadarnya. Kondisi ini sudah berjalan selama tujuh tahun sejak berdiri pada tahun 2012 silam.

Editor : Adityawarman

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *