Prof. Dr. Euis Amalia, M. Ag., sedang menyampaikan materi pada webinar ICMI Banten. foto istimewa
Proses pembangunan ditujukan untuk kepentingan rakyat dengan posisi paling utama berdasarkan undang-undang dasar 1945 Negara Republik Indonesia.
Hal ini disampaikan Prof. Dr. Euis Amalia, M.Ag. pada acara Webinar yang diselenggarakan Ikatan Cendekiawan Muslim Se Indonesia (ICMI) bertema “Masa Depan Bank Banten dengan Nakhoda Baru”, di Kota Serang, Sabtu (12/6/2021).
Webinar yang di buka oleh Ketua ICMI Orwil Banten, Prof. Dr. Lili Romli, M.Si. menghadirkan Keynote Speaker, Prof. Dr. H. Zakaria Syafei, M.Pd, Sekretaris MUI Banten dan tiga narasumber, diantaranya Agus Syabarrudin, Direktur Utama Bank Banten, Prof. Dr. Euis Amalia, M.Ag, Ketua Prodi Pascasarjana Perbankan Syariah UIN Jakarta dan Dr. Rizqullah, MBA, Wakil Ketua ICMI Orwil Banten, diikuti tidak kurang dari 100 peserta.
Masih dikatakan Euis Amalia, undang-undang dasar 1945 menghendaki adanya demokrasi ekonomi yang bertumpu pada rakyat sebagai posisi utama.
Selain itu, katanya, ujung dari proses pembangunan bagaimana masyarakat agar mampu berdaya. Orientasi pembangunan tidak sekedar meningkatkan pendapatan per kapita,tetapi bagaimana menguatkan kapabilitas masyarakat agar mampu berproduksi dan menegakan nilai-nilai moral.
“Pembangunan itu merupakan strategi, agar rakyat dapat berproduksi untuk kebutuhan pokok. Pemerintah tidak harus terus menerus menyalurkan bantuan, tetapi memfasilitasi dan mendampingi agar rakyat percaya diri untuk berproduksi,” katanya.
Strategi pengembangan ekonomi, Banten yang letaknya strategis berdekatan dengan Jakarta dan menghubungkan perjalanan laut Jawa ke Sumatera dan sebaliknya.
“Jakarta menjadi market yang luar biasa untuk pariwisata. Maka tugas kita mengoptimalkan potensi Banten,” ujar Euis Amalia, yang juga menekankan adanya wisata halal, potensi usaha kecil mikro (UKM) di sektor pertanian, industri kreatif serta lainnya.
Tentunya, lanjut Euis, dibutuhkan pengembangan di sektor pariwisata, daya tarik budaya dan penanganan komunitas daerah penyangga wisata.
Banten menjadi kontributor ekonomi nasional, yang banyak turunannya seperti UKM, industri baja, petrokimia, textile, agroindustri sawit dan lainnya.
“Nah. Nantinya apakah Bank Banten mampu dalam pembiayaan pada sektor-sektor strategis tadi,” kata Euis Amalia, yang juga menjelaskan adanya keinginan warga agar Bank Banten menjadi Bank Syariah.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Banten, Agus Syabarrudin mengatakan pihaknya akan berusaha agar Bank Banten menjadi kebanggaan masyarakat Banten.
Masalah keinginan warga Banten agar Bank Banten menjadi Bank Syariah, Agus menjelaskan, pihaknya akan mengarah ke Syariah namun dengan cara membentuk “cangkang” (unit-unit usaha).
“Saya sering sampaikan ke masyarakat pengalaman yang selama ini mengabdi di perbankan, komitmen saya terhadap Syariah sangat mutlak. Namun harus dipahami bahwa kami sudah go public,” katanya menjelaskan.
Untuk itu, lanjutnya, Bank Banten tetap akan konsen dengan membentuk unit-unit usaha syariah. “Nah bayangan saya kami menjadi rumahnya dari “cangkang” atau unit-unit syariah itu,” ujar Agus.
Hal lain yang tidak kalah penting, lanjut Agus, yaitu trust (kepercayaan) merupakan kunci utama agar Bank Banten berkembang. “Saya membentuk budaya trust dikalangan karyawan Bank Banten dengan selalu inovasi terhadap produk dan pelayanan. Karyawan Bank Banten saya beri nama Banteners,” ujar Agus, yang mengaku membentuk budaya trust di kalangan karyawan agar menjadi jati diri membangun kembali kepercayaan masyarakat.
Sementara itu, Dr. Rizqullah Thohuri, MBA, yang mempresentasikan materi “Menuju Bank Banten Syariah”, menyatakan ada empat bagian sebagai dasar untuk Bank Banten menuju bank Syariah.
“Disini saya langsung menuju ke Bank Banten Syariah, tidak perlu malu-malu lagi karena berbagai alasan yang mendasar,” kata Rizqullah, yang mengaku adanya pesan-pesan dari masyarakat agar Bank Banten menjadi Bank Syariah.
Ada empat bagian, ujar Rizqullah,yaitu melihat kembali ke belakang (flashback), kinerja Bank Banten, prospek perbankan, dan ke empat menuju ke Bank Syariah.
“Ada pesan khusus dari warga Banten. Saya sampaikan rangkuman dari berbagai pertemuan para stakeholder (pemangku kepentingan), termasuk pada Kongres Umat Islam,” kata Rizqullah.
Dalam pertemuan Forum Goup Discussion (FGD), lanjut Rizqullah, isyunya suntikan modal, manajemen dan pengawasan, konversi menjadi syariah dan dukungan stakeholder.
“Kinerja Bank Banten, terjadi peningkatan per April 2021. Ini berarti kepercayaan masyarakat meningkat, begitu pula nampak harga saham meningkat,” kata Rizqullah.
Sementara itu, prospek ke depan cukup besar bagi Bank Banten, dari APBD Provinsi Banten sebesar Rp.16,15 triliun, daerah industri, perdagangan, pertanian, pariwisata, dan lainnya.
“Tidak kurang dari 160.000 UMKM, 5.400 Pesantren, pegawai negeri 70.000 orang, 13.000 lembaga pendidikan dan tiga juta peserta didik, dan 150.000 tenaga kerja,” ujar Rizqullah, yang menyatakan potensi tersebut menjadi harapan agar Bank Banten menjadi Bank Syariah , sesuai dengan moto Banten Iman, Taqwa,dan Akhlaqul Karimah.