Ketua Poros Merdeka, Reza. (Foto: Ist).
Serang – Mahasiswa poros merdeka mengkritisi Al Muktabar soal kekosongan jabatan. Mereka menilai sikap cuek Al Muktabar terhadap permasalah ini dianggap merusak birokrasi pemerintahan.
“Rusak! Alih-alih untuk efesiensi, saya kira itu hanya alasan dia saja”, ujar Reza selaku ketua Poros Merdeka dalam siaran pers yang diterima redaksi, Rabu (17/1) malam.
Resha membenarkan argumen ketua komisi I DPRD Banten tentang dampak dari kekosongan jabatan ini yang menilai bahwa pelayanan pemprov terhadap masyarakat berkurang. Reza berasumsi bahwa menurunnya pelayanan masyarakat di akibatkan oleh banyaknya ASN yang rangkap jabatan.
“Secara porsi ada kemungkinan beberapa ASN menanggung double jobdesk. Hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja instansi. Selain itu, saya yakin psikologi orang internal Pemprov akan tertekan akibat double jobdesk ini. Belum lagi tekanan dari Al selaku pemimpin organisasi untuk tetap bekerja secara profesional dan perfectionis”, kata Reza
Hal ini bahkan berpengaruh jauh sampai masalah anggaran pemerintah. Tepatnya pada proses honorarium.
“Saya sepakat dengan pak Jazuli, ambil sana sini soal honor yang mempunyai dua jabatan. Sehingga proses pencairan honor asn tidak berjalan secara efektif. Sedikit saja terjadi kesalahan akan timbul fitnah dan kecemburuan sosial”, ujar Reza
Menurut Reza efisiensi kinerja organisasi mengacu pada kemampuan suatu organisasi untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal. Ini melibatkan pengelolaan efektif dari waktu, tenaga, dan aset agar mencapai produktivitas yang tinggi. Faktor-faktor seperti penggunaan teknologi, proses kerja yang efisien, dan manajemen yang baik dapat berkontribusi pada peningkatan efisiensi kinerja organisasi.
“Waktu dan tenaga juga merupakan bagian dari faktor pendukung efesiensi kerja! Jika satu orang di porsir dengan 2 tanggung jawab pasti akan berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Sedangkan orang akan tetap meminta haknya untuk mendapatkan imbalan yang setimpal, dan belum tentu kinerjanya bagus atau tidak. Bagaimana jika asal selesai”, ujar Resha
Refleksi dari pengalamannya sendiri resha menilai kepemimpinan Al dalam manajemen organisasi tidak lebih baik dari ketua umum organisasi mahasiswa yang sedang belajar.
“Saya semakin yakin dengan penilaian Uday Suhada dalam media ratas.id tentang Al Muktabar, kepemimpinan yang one man show terlihat jelas pada sosok Al Muktabar. Entah apa alasan dia masih cuek dengan masalah kekosongan jabatan ini. Bisa jadi yang diangkat untuk rangkap jabatan itu hanya orang-orangnya saja. Jelas ini akan menimbulkan kecemburuan sosial jika memang ini terbukti benar”, ujar reza
Reza menambahkan di akhir statmentnya untuk memperingatkan Al Muktabar agar jangan menyamakan organisasi pemerintah dengan organisasi mahasiswa atau bahkan lebih buruk.
“Memalukan! Pemprov bukan organisasi premordial mahasiswa, penentuan kebijakan yang salah akan berpengaruh terhadap kesejahteran dan kemajuan daerah. Pemprov bukan organisasi uji coba untuk pembentukan karakter pemimpin, beda dengan organisasi mahasiswa sebagai laboratorium pembentukan karakter kepemimpinan mahasiswa”, kata Reza