Sebut Pertanian Harus Jadi Primadona Lagi di Kabupaten Serang, Andika Hazrumy Beberkan Strategi Ini

Sebut Pertanian Harus Jadi Primadona Lagi di Kabupaten Serang, Andika Hazrumy Beberkan Strategi Ini

Bakal Calon Bupati Serang dari Partai Golkar, Andika Hazrumy. (Foto: Ist)

Serang – Bakal Calon Bupati Serang dari Partai Golkar, Andika Hazrumy menyebut sektor pertanian harus kembali menjadi primadona, khususnya di Kabupaten Serang. Hal itu merujuk kepada potensi wilayah Kabupaten Serang hampir sebagian besarnya ada di sektor pertanian.

“Dari 140 ribuan hektar luas wilayah kabupaten serang, 40 ribuan hektarnya itu sawah. Belum lahan pertanian non sawah. Jadi jelas potensinya di pertanian, dan ini harus dikejar lagi produktivitasnya,” kata Andika kepada pers usai acara sosialisasi balon kepala daerah dan calon legislatif Kabupaten Serang dari Partai Golkar di Kecamatan Ciomas, Minggu (5/11).

Andika yang adalah Wakil Gubernur Banten 2017-2022 itu sebelumnya dalam acara tersebut mengatakan akan mempriotitaskan pembangunan di sektor pertanian jika kelak terpilih menjadi Bupati Serang.

Diungkapkan Andika, dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini terjadi tren penurunan di sektor pertanian. Selain jumlah lahan pertanian yang menyusut karena alih fungsi menjadi pemukiman dan industri, juga menurunnya minat petani untuk tetap menekuni bercocok tanam. “Survey-survey BPS (badan pusat statistik menyebutkan jmlah lahan pertanian dan jumlah penduduk yang menekuni pertanian relatif menurun setiap tahunnya,” papar Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Pemenangan Pemilu Jawa I DPP Golkar itu.

Secara umum penurunan tersebut kata Andika dapat dimaklumi karena kurang menariknya sektor pertanian mengingat kepada harga hasil panen yang cenderung tidak menguntungkan. Hal itu berbanding terbalik dengan mahalnya biaya untuk melakukan aktivitas produksi pertanian yang di antaranya meliputi mahalnya harga pupuk, benih,  serta ongkos tenaga kerja penggarap lahan. “Belum lagi sekarang El Nino, kekeringan lahan di mana-mana, air saja susah. Ya, wajar kalau kemudian pilihannya tidak menanami lahan pertanian,” imbuhnya.

Padahal, lanjut pria yang juga menjabat Ketua Karang Taruna Banten ini, sebelumnya sektor pertanian pernah sangat menjadi primadona penduduk Indonesia termasuk di Kabupaten Serang. Harga-harga komoditas pertanian yang relatif baik, didukung dengan ketersediaan pupuk dan benih yang memadai bahkan telah membuat Indonesia swasembada pangan dan menjadi negara pengekspor komoditas pertanian.

Terkait keinginannya mengembalikan sektor pertanian menjadi primadona, khususnya di Kabupaten Serang Andika menyebut harus dilakukannya strategi jangka pendek dan jangka panjang. Strategi jangka pendeknya adalah membenahi tata niaga komoditas pertanian sehingga petani mendapatkan harga yang menguntungkan setiap kali panen. “Khusus untuk padi ada daerah di Jawa Tengah saya lupa kabupaten apa, mereka tata niaga hasil panennya dikelola KUD (koperasi unit desa) yang bisa menjamin harga jual gabah mereka bagus. Kita harus pelajari itu dan juga menerapkannya untuk komoditas selain padi,” paparnya.

Peran koperasi seperti KUD dimaksud, kata Andika, juga bisa dimaksimalkan untuk urusan hulunya sebagai penyedia pupuk dan benih serta kebutuhan produksi pertanian lainnya. “Kaitan pupuk ini juga harus mulai diproyeksikan agar penggunaan pupuk organik kembalo dominan. BUMD (badan usaha milik daerah) seharusnya bisa berperan di sini,” jelasnya.

Untuk komoditas non padi, lanjut Andika, upaya membuat harga jual menjadi lebih menguntungkan bagi petani di antaranya adalah dengan melakukan hilirisasi, di mana hasil panen tidak dijual mentah-mentah, melainkan melalui proses pertambahan nilai terlebih dahulu.

Dengan menguntungkannya harga hasil komoditas pertanian melalui tata niaga dan hilirisasi hasil panen serta kemudahan-kemudahan lainnya dalam proses produksinya, Andika yakin sektor pertanian kembali akan menjadi primadona. “Jadi petani mending ngolah lahannya dari pada dijual untuk perumahan atau industri kalau bertani lebih menguntugkan,” imbuhnya.

Sementara itu lanjutnya, strategi jangka panjang yang harus dilakukan adalah dengan melakukan regenerasi profesi petani.

Sebagaimana petani generasi sebelumnya yang sudah banyak beralih profesi, kata Andika, lebih-lebih lagi generasi penerusnya. Saat ini generasi muda cenderung lebih banyak yang memilih untuk menekuni profesi selain petani meski berasal dari keluarga petani. Beruntungnya, lanjut dia, saat ini sudah mulai bermunculan gerakan petani milenial yang merancang cara-cara pertanian modern sehingga bertani menjadi jauh lebih mudah dengan penggunaan teknologi, dan sama menguntungkan dengan profesi-profesi lainnya dengan membuat tata niaga hasil panen sendiri serta melakukan hilirisasi hasil panennya. “Wabah petani milenial ini harus disebarluaskan. pemerintah daerah harus turun dengan kebijakan dan program juga anggaran yang bisa mendukung bermunculannya petani-petani milenial tadi,” ujarnya.

Lebih jauh lagi, kata dia, pemerintah daerah harus pro aktif dalam membidani kelahiran sekolah-sekolah kejuruan pertanian atau kejuruan berbasis profesi di lingkungan di mana sekolah tersebut berada. “Terkait pendirian dan pengelolaannya saya kira memang kewenangan pemerintah pusat melalui kementerian terkait atau pemerintah provinsi ya, tapi pemerintah kabupaten bisa pro aktif mendorong kelahiran sekolah-sekokah kejuruan pertanian dan sejenisnya dengan melakukan pemetaan kebutuhan dan pengajuan,” paparnya.

Dengan kombinasi gerakan petani milenial dan lulusan-lulusan sekolah kejuruan pertanian yang terampil, Andika meyakini, sektor pertanian akan kembali menjadi primadona sebagai pilihan profesi bagi genarasi muda di masa mendatang. (*)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *