Peringati Hari Kesehatan Mental, Kohati IAIB Cabang Serang Gelar Seminar Mental Health

Peringati Hari Kesehatan Mental, Kohati IAIB Cabang Serang Gelar Seminar Mental Health

Korps Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Wati (Kohati) Komisariat Institut Agama Islam Banten (IAIB). (Foto: ist).

SERANG – Peringati Hari Kesehatan Mental, Korps Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Wati (Kohati) Komisariat Institut Agama Islam Banten (IAIB) sukses menyelenggarakan seminar bertajuk ‘let’s care for our mental health’ di Pondok Pesantren Bismillah, Kecamatan Ciomas pada Sabtu (12/10).

Acara tersebut dihadiri oleh direktur ponpes, aktivis perempuan serta puluhan santri.

Ketua Umum Kohati IAIB, Miltika dalam sambutanya mengajak santri dan pelajar di pondok pesantren bismillah padarincang untuk meningkatkan empati dan kepedulian terhadap sesama.

“Kesehatan mental adalah tanggung jawab bersama dan membutuhkan kerja sama dari semua pihak untuk menciptakan masyarakat yang lebih peduli, inklusif, dan mendukung kesejahteraan mental,” katanya.

Miltika melanjutkan, hal ini penting karena empati dan kepedulian sangat dibutuhkan, terutama di tengah tekanan hidup yang semakin meningkat.

“Dengan meningkatkan empati dan kepedulian, maka kita akan lebih peka terhadap kondisi orang-orang di sekitar kita. Serta lebih terbuka untuk memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan, terutama yang sedang mengalami masalah mental,” imbuhnya.

Sementara itu, Narasumber, Ayu Siti Fatimah mengatakan pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung, baik di keluarga, tempat kerja, maupun komunitas.

Sehingga, setiap orang merasa aman untuk berbagi dan mencari bantuan ketika menghadapi masalah kesehatan mental.

“Kepedulian bersama dapat membantu menurunkan angka gangguan mental serta mengurangi stigma yang sering kali menghalangi orang untuk mencari pertolongan,” jelasnya.

Menurutnya, meskipun kesadaran akan pentingnya kesehatan mental meningkat, stigma dan diskriminasi terhadap individu yang mengalami gangguan mental masih menjadi masalah besar. Banyak orang enggan mencari bantuan karena takut dihakimi atau diperlakukan berbeda.

“Tidak semua orang memiliki akses yang memadai terhadap layanan kesehatan mental yang berkualitas. Tekanan sosial, akademik, dan perkembangan teknologi, terutama media sosial, berpengaruh besar terhadap kesehatan mental terutama remaja dan anak-anak,” katanya.

Ia menerangkan, Meningkatnya penggunaan media sosial, lanjutnya, sering dikaitkan dengan meningkatnya masalah kesehatan mental, terutama di kalangan anak anak dan remaja. Media sosial dapat memicu perasaan rendah diri, kecemasan, hingga isolasi sosial akibat perbandingan sosial dan cyber bullying.

“Masalah seperti depresi, kecemasan, dan bahkan bunuh diri terutama di kalangan anak muda harus menjadi perhatian khusus dari kita semua. Kesehatan mental adalah masalah yang kompleks dan mendesak. Butuh komitmen dan perhatian yang serius dari kita semua,” terangnya.

“Ketika kita merasa lelah, atau merasa mental kita sedang tidak baik, jangan pernah ragu untuk meminta bantuan, karena kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Sekali lagi, mari kita tingkatkan mitigasi, kepedulian dan empati kita terhadap sesama,” pungkasnya.

Selain itu, Direktur pondok pesantren bismillah padarincang, Rifqi Syujahilman berharap santri dan pelajar pondok pesantren bismillah dapat lebih memahami pentingnya kesehatan mental dan mengambil langkah-langkah yang tepat saat diperlukan.

“Dengan begitu, santri dan pelajar diharapkan tidak hanya tumbuh secara intelektual, tetapi juga berkembang secara emosional dan mental. Saya ucapkan banyak terimakasih kepada ade-ade kohati IAIB yang telah menyelenggarakan kegiatan yang bermanfaat ini,” tukasnya.***

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *