Yayasan Bakti Barito Kolaborasi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Mengadakan Training of Trainers

Yayasan Bakti Barito Kolaborasi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Mengadakan Training of Trainers

Cilegon – Dalam rangka mendukung tujuan Pemerintah Indonesia untuk mengurangi 70% sampah tidak terkelola, dan demi meningkatkan pemahaman anak Sekolah Dasar atas perilaku yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, pengelolaan sampah dan daur ulang sampah plastik, Yayasan Bakti Barito (YBB) sebagai yayasan nirlaba bagian dari Grup Barito Pacific, bekerja sama dengan Chandra Asri, mengimplementasikan program edukasi siswa dan siswi Sekolah Dasar beserta peningkatan kapasitas para guru di Kota Cilegon. Pada acara pembukaan pelatihan guru berjudul Kelola Plastik untuk Bumi Lestari yang diadakan di Sekolah Dasar YPWKS IV, Purwakarta, Kota Cilegon pada Jumat (04/02/2022).

Program edukasi ini juga sejalan dengan tujuan dari Koalisi Nasional ‘National Plastic Action Partnership’ atau NPAP yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi di mana Yayasan Bakti Barito berada duduk dalam kelompok kerja perubahan perilaku atau behavior change.

“Ini program dari Yayasan Bakti Barito berkolaborasi dengan Chandra Asri Petrochemical. Ini adalah program perangkat belajar untuk modul kurikulum di sekolah dasar. Ini untuk perangkat pembelajaran untuk siswa dan guru juga untuk menunjang pembelajaran tentang bagaimana menjaga lingkungan dengan baik, tentang bagaimana mengubah perilaku agar ramah lingkungan, dan bagaimana mengelola sampah plastik agar menjadi bermanfaat. Diharapkan guru dan siswa di sekolah memiliki pengetahuan untuk mengelola sampah mereka setelah selesai pakai,” Hal itu disampaikan Angelin Sumendap selaku
Head Corporate Communication Group Barito Pacific Perwakilan Yayasan Bakti Barito.

Sementara itu, Walikota Cilegon Heldy Agustian mengatakan dalam sambutannya, Saya sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Bakti Barito dan Chandra Asri ini untuk menumbuhkan perilaku bertanggung jawab. Sehingga akan menjadi tradisi, mengubah kebiasaan atau habit, karena yang kita tahu di negara maju pun sepengetahuan saya masih sulit padahal tempatnya sudah disiapkan. Dengan menjadikan guru sebagai mentor, harapannya bisa membiasakan diri para guru untuk bersih dan bisa menularkan ke siswa-siswanya, seperti yang saya sampaikan tadi yakni how to manage your self dan how to manage your people, karena guru ini merupakan role model bagi siswa di sekolah.

Direktur YBB, Dian Purbasari, menyampaikan. “Program edukasi bertema Kelola Plastik untuk Bumi Lestari ini dilakukan untuk membangun pemahaman guru dan siswa dan mendukung perubahan perilaku sejak dini dalam responsible consumption dan manajemen pengelolaan sampah serta daur ulang sampah plastik. Kami sangat senang akan antusiasme dari para Bapak dan Ibu Guru serta siswa, dan dukungan dari pemerintah daerah dalam pelaksanaan program ini. Modul pembelajaran ini kami harap dapat membantu seluruh perangkat yang ada di sekolah terutama siswa dan siswi untuk peduli terhadap lingkungan”.

Melalui modul pembelajaran ini, anak-anak juga dapat belajar bagaimana menggunakan plastik secara bijaksana dan bagaimana mengelola serta memanfaatkan sampah plastik setelah terpakai. Seluruh materi pembelajaran disajikan dalam bentuk yang sesusai dengan modul pelajaran Sekolah Dasar dilengkapi dengan video dan permainan sehingga anak-anak dapat belajar secara interaktif.

Dalam implementasi program ini, Yayasan Bakti Barito juga bekerja sama dengan STKIP Surya sebagai penyusun materi edukasi atau modul pembelajaran, dan Yayasan Vital Ocean sebagai mitra advokasi. Selain di Cilegon, program serupa juga diimplementasikan di Jakarta dan Garut. Hingga saat ini total ada 11 sekolah dasar yang ikut berpartisipasi dalam program ini.

Dan, Wawan Mulyana selaku CSR Chandra Asri juga mengutarakan dimana tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan suatu pemahaman terhadap masyarakat yang diutamakan adalah terhadap usia dini dan ini bagaimana bisa masuk dalam kurikulum di sekolah.

Mudah-mudahan dengan dimasukkan ke kurikulum sekolah menjadi satu awal untuk terbentuknya sebuah perubahan bagaimana sampah terutama sampah plastik bisa bermanfaat dan bernilai tinggi bahkan bisa menjadi emas, ujarnya Wawan.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *