Tolak PLTPB Geothermal, Ribuan Masyarakat Padarincang Aksi Tuntut Pencabutan SK WKP Kaldera Danau

Tolak PLTPB Geothermal, Ribuan Masyarakat Padarincang Aksi Tuntut Pencabutan SK WKP Kaldera Danau

Serang – Tuntut pencabutan Surat Keputusan (SK) WKP Kaldera Danau Banten, Ribuan masyarakat berkumpul menyuarakan penolakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Geothermal di Kampung Wangun Desa Batukuwung Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang. Minggu (8/03/2020).

Masyarakat yang hadir dari berbagai daerah di wilayah Provinsi Banten tersebut menggelar Istighosah dan mimbar bebas di depan akses masuk pembangunan PLTPB.

Dalam orasinya salah satu Ustadz Padarincang, Aunillah, mengatakan bahwa maksud dari Istighosah dan mimbar bebas yang dilakukan kali ini juga sebagai menyampaikan penolakan masyarakat terhadap pembangunan PLTPB serta  menuntut kepada Pemerintah agar mencabut SK WKP Kaldera Danau Banten.

“Istighosah dan mimbar bebas ini kami lakukan dalam rangka menolak pembangunan PLTPB Geothermal dan kami menuntut pada Pemerintah untuk mencabut SK WKP Kaldera Dano Banten,” katanya saat Orasi.

Ia juga mengatakan bahwa masyarakat yang tergabung dalam aliansi Syarekat Perjuangan Rakyat (SAPAR) telah melakukan perjuangan dalam hal penolakan PLTPB sudah 5 tahun lamanya, menurutnya ini merupakan bukti tekad Masyarakat dalam menolak Proyek Geothermal di Kampung Wangun Desa Batu Kuwung Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang.

“Kami berjuang sudah 5 tahun lamanya, segala bentuk hinaan caci maki bahkan adu domba Ulama dengan Masyarakat kami terima begitu saja, dengan keikhlasan dan keteguhan kami tetap berdiri tegak untuk tetap menolak PLTPB untuk menjaga kampung halaman kami dari kerusakan”, jelas Aunillah.

Sementara itu, Kyai Jamaludin salah satu Kyai asal Kabupaten Pandeglang, dalam orasi mimbar bebasnya menuturkan bahwa masyarakat harus tetap bersatu untuk menolak pembangunan dan bersama-sama mengusir perusahaan yang telah meresahkan masyarakat.

“Usir perusahaan yang meresahkan masyarakat, rakyat siap berjuang sampai titik darah penghabisan dalam perjuangan penolakan pembangunan yang merusak.” Tegasnya. (Faizudin)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *